Minggu, 22 Mei 2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an menggunakan konsep produksi barang dalam artian luas. Al Qur’an menekankan manfaat dari barang yang diproduksi. Memproduksi suatu barang harus mempunyai hubungan dengan kebutuhan manusia. Berarti barang itu harus diproduksi untuk memenuhi kebutuhan manusia, bukan untuk memproduksi barang mewah secara berlebihan yang tidak sesuai dengan kebutuhan manusia, karenanya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk memproduksi barang tersebut dianggap tidak produktif.
Produksi adalah sebuah proses yang telah terlahir di muka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi. Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan banyak faktor produksi. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antar jumlah input dengan output yang dapat dihasilkan dalam satu waktu periode tertentu. Dalam teori produksi memberikan penjelasan tentang perilaku produsen tentang perilaku produsen dalam memaksimalkan keuntungannya maupun mengoptimalkan efisiensi produksinya. Dimana Islam mengakui pemilikian pribadi dalam batas-batas tertentu termasuk pemilikan alat produksi, akan tetapi hak tersebut tidak mutlak.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian produksi Islami?
2. Bagaiaman tujuan produksi Islami?
3. Apa saja faktor-faktor produksi Islami?
4. Bagaimana kurva biaya,kurva penerimaan dalam teori produksi islami?
5. Bagaimana efisiensi produksi islami?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi Islam
Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min anashir al-intaj dhamina itharu zamani muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).
Hal yang senada di ucapkan oleh Dr. Abdurahman Yusro Ahmad dalam bukunya Muqaddimah fi Ilm al-iqtishad al-Islamy. Abdurahman lebih jauh menjelaskan bahwa dalam melakukan proses produksi yang dijadikan ukuran utamanya adalah nilai manfaat (utility) yang diambil dari hasiil produksi tersebut. Dalam pandangannya harus mengacu pada nilai utiity dan masih dalam bingkau nilai “halal” serta tidak membahayakan bagi diri seseorang attaupun sekelompok masyarakat.
B. Tujuan Produksi Islami
Dalam konsep ekonomi konvensional (kapitalis) produksi dimaksudkan untuk memperoleh laba sebesar besarnya, berbeda dengan tujuan produksi dalam ekonomi konvensional, tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen.
Walaupun dalam ekonomi islam tujuan utamannya adalah memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam. Dalam konsep mashlahah dirumuskan dengan keuntungan ditambah dengan berkah.
Keuntungan bagi seorang produsen biasannya adalah laba (profit), yang diperoleh setelah dikurangi oleh faktor-faktor produksi. Sedangkan berkah berwujud segala hal yang memberikan kebaikan dan manfaat bagi rodusen sendiri dan manusia secara keseluruhan.
Keberkahan ini dapat dicapai jika produsen menerapkan prinsip dan nilai islam dalam kegiatan produksinnya. Dalam upaya mencari berkah dalam jangka pendek akan menurunkan keuntungan (karena adannya biaya berkah), tetapi dalam jangka panjang kemungkinan justru akan meningkatkan keuntungan, kerena meningkatnya permintaan.
Berkah merupakan komponen penting dalam mashlahah. Oleh karena itu, bagaimanapun dan seperti apapun pengklasifikasiannya, berkah harus dimasukkan dalam input produksi, sebab berkah mempunyai andil (share) nyata dalam membentuk output.
Berkah yang dimasukkan dalam input produksi meliputi bahan baku yang dipergunakan untuk proses produksi harus memiliki kebaikan dan manfaat baik dimasa sekarang maupun dimasa mendatang. Penggunaan bahan baku yang ilegal (tanpa izin) baik itu dari hasil illegal logging, maupun penggunaan bahan baku yang tanpa batas dalam penggunaannya dalam jangka waktu pendek mungkin akan memiliki nilai manfaat yang baik(pendistribusian baik), tetapi dalam
Jangka waktu panjang akan menimbulkan masalah. Sebagai contoh penggunaan bahan baku dari ilegal logging dalam jangka panjang akan menimbulkan berbagai bencana, dan akan memberikan nilai mudharat kepada para penerus/generasi selanjutnya.

C. Faktor Produksi
Dalam pandangan Baqir Sadr (1979) , ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Filosofi ekonomi
2. Ilmu ekonomi
Perbedaan ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional terletak pada filosofi ekonomi, bukan pada ilmu ekonominya. Filosofi ekonomi memberikan ruh pemikiran dengan nilai-nilai Islam dan batasan-batasan syariah, sedangkan ilmu ekonomi berisi alat-alat analisis ekonomi yang dapat digunakan.
Dengan kerangka pemikiran ini, faktor produksi dalam ekonomi Islam tidak berbeda dengan faktor produksi dalam ekonomi konvensional, yang secara umum dapat dinyatakan dalam:
1. Faktor produksi tenaga kerja
2. Faktor produksi bahan baku dan bahan penolong
3. Faktor produksi modal
Di antara ketiga faktor produksi ini, faktor produksi modal yang memerlukan perhatian khusus karena dalam ekonomi konvensional diberlakukan sistem bunga. Pengenaan bunga terhadap modal ternyata membawa dampak yang luas bagi tingkat efisiensi produksi.
Untuk menggambarkan keadaan ini, digunakan alat bantu grafis yang pada sumbu X menunjukkan jumlah produksi atau jumlah output yang disimbolkan dengan Q (quantity), dan pada sumbu Y menunjukkan biaya penerimaan dalam satuan rupiah. Komponen biaya adalah biaya tetap (fixed cost, FC) dan biaya keseluruhan (total cost, TC), sedangkan komponen penerimaan adalah penerimaan keseluruhan (total revenue, TR).

Gambar 1


D. Kurva Biaya
Biaya yang dikeluarkan oleh produsen dapat dibedakan menjadi biaya tetap (fixed cost atau FC) dan biaya variabel (variable cost atau VC). Total biaya yang harus dikeluarkan produsen adalah: TC = FC + VC.
Biaya tetap (FC) besarnya tidak dipengaruhi oleh berapa banyak output atau produk yang dihasilkan. Oleh karena itu kurva FC digambarkan sebagai garis horisontal: berapapun output yang dihasilkan, biayanya tetap. Salah satu contoh dari biaya tetap ini adalah biaya bunga yang harus dibayar produsen. Besarnya beban bunga yan harus dibayar bergantung pada berapa banyak kredit yang diterima produsen, bukan bergantung pada berapa banyak output yang dihasilkannya.
Biaya variabel (variable cost) besarnya ditentukan langsung oleh berapa banyak output yang dihasilkan. Misal untuk setiap satu kg beras yang dihasilkan diperlukan biaya Rp 5.000,-. Berarti untuk memproduksi dua kg beras, biayanya Rp 10.000,-. Dan seterusya.
Dengan adanya beban bunga yang harus dibayar produsen, biaya tetap produsen naik yang pada gilirannya juga meningkatkan biaya total dan TC ke TCi. Dengan menggunakan sistem bagi hasil hal ini tidak terjadi. Naiknya biaya total akan mendorong titik impas (Break Even Point) dari titik Q ke Qi.

Gambar 2



E. Kurva Penerimaan
Katakanlah setiap kg beras dijual dengan harga Rp 5.000, maka untuk satu kg beras, produsen akan mendapat penerimaan Rp 5.000. Bila dua kg, penerimaan Rp 10.000,-, dan seterusnya.
Adanya beban bunga yang harus dibayar produsen sama sekali tidak akan mempengaruhi kurva penerimaan. Oleh karena itu kurva total penerimaan (TR) dalam sistem bunga adalah TRi = TR. Dalam sistem bagi hasil yang terpengaruh adalah kurva TR. Misalnya disepakati bagi hasidengan nisbah 70:30 dari penerimaan (70% untuk produsen, 30% untuk pemodal). Bila terjual satu kg, maka bagi hasil yang diterima produsen sebesar Rp 3.500,-, bila dua kg maka Rp 1.500,-, dan seterusnya.
Jadi dalam sistem bunga, yang berubah adalah kurva TC. Ia akan bergeser paralel ke kiri atas. Dalam sistem bagi hasil yang berubah adalah kurva TR. Kurva tersebut akan berputar ke arah jarum jam dengan titik 0 sebagai sumbu putarannya. Semakin besar nisbah bagi hasil yang diberikan kepada pemodal (ekstrimnya limit dari nisbah 0:100) kurva TR itu semakin mendekati horisontal sumbu X. Secara matematis titik BEP terjadi ketika TR = TC. Dengan bergesernya kurva total penerimaan dari TR menuju TRrs, titik BEP yang tadinya berada pada jumlah output Q sekarang berada pada jumlah output Qrs.

Gambar 3
Dari sisi BEP, tidak dapat dikatakan bahwa sistem bunga akan berproduksi pada tingkat output yang lebih kecil, lebih besar atau sama dengan tingkat output sistem bagi hasil. Di kedua sistem ini, didapatkan bahwa Qi > Q dan Qrs > Q. Apakah Qi > Qrs atau Qi < Qrs atau Qi = Qrs, ditentukan dari berapa besar bunga dibandingkan dengan berapa besar nisbah bagi hasil. Perbedaannya terletak pada penyebabnya. Bila Qi disebabkan naiknya TC, maka Qrs disebabkan berputranya TR. Yang pasti adalah bahwa kedua sistem, baik sistem bunga maupun bagi hasil akan menggeser Q menjadi lebih besar. Dalam akad muamalat Islam, dikenal akad mudarabah yaitu akad yang disepakati si pemodal dengan si pelaksana mengenai nisbah bagi hasil yang akan menjadi pedoman pembagian keuntungan. Namun bila usaha tersebut malah menimbulkan kerugian, si pemodal yang akan menanggung biaya kerugian sebesar 100% sesuai penyertaan modalnya. Si pelaksana baru harus menanggung rugi bila kerugian tersebut disebabkan kelalaiannya sendiri atau karena ia melanggar syarat yang telah disepakati bersama. Gambar 4 Selain menyepakati nisbah bagi hasil, mereka juga harus menyepakati siapa yang akan menanggung biaya. Dapat saja disepakati bahwa biaya ditanggung oleh si pelaksana atau ditanggung oelh si pemodal. Bila menurut kesepakatan biaya ditanggung oleh pelaksana, ini berarti yang dilakukan adalah bagi penerimaan (revenue sharing), sedangkan bila siaya ditanggung oleh si pemodal, ini berarti yang dilakukan adalah bagi untung (profit sharing). Berputarnya TR ke arah jarum jam dengan titik 0 sebagai sumbu putrannya merupakan gambaran akad bagi penerimaan. Bila yang disepakati adalah mudarabah yang biaya-biaya ditanggung oleh si pemodal, atau dengan kata lain, dengan sistem bagi untung, maka kurva total penerimaan berputar ke arah jarum jam dengan titik BEP sebagai sumbu putarannya. Tingkat produksi sebelum titik BEP tercapai (Q < Qps) adalah keadaan dimana total biaya lebih besar daripada total penerimaan (TC > TR). Dalam keadaan ini, belum ada keuntungan yang dapat dibagihasilkan. Sesuai kesepakatan bahwa biaya ditanggung oleh si pemodal, maka kerugian itu menjadi beban si pemodal. Itu sebabnya kurva total penerimaan TR berputar ke arah jarum jam dengan titi BEP sebagai sumbu putarnya.

Gambar 5
Perbedaan kedua antara sistem bagi penerimaan dengan sistem bagi untung dalam akad mudarabah terletak pada berapa jauh kurva TR berputar. Dalam sistem bagi penerimaan, kurva TR akan berputar sampai mendekati garis horisontal sumbu X, sedangkan dalam sistem bagi untung, kurva TR hanya akan berputar di dalam “mulut buaya” TR dan TC, yaitu area yang menggambarkan besarnya keuntungan. Dalam sistem bagi untung, TR tidak dapat berputar melewati TC, karena pada area itu tidak ada lagi keuntungan yang akan dibagikan.




Sistem Jauh Putaran Objek yang dibagihasilkan Sumbu putaran
Bagi penerimaan (Revenue Sharing) Sampai mendekati sumbu X TR Titik 0
Bagi untung
(Profit Sharing) Diantara kurva TR dan TC TR – TC Titik BE
Bagi untung & rugi (Profit & Loss Sharing) Di antara kurva TR dan TC
Di antara kurva TC dan TR TR – TC Titik 0

F. Efisiensi Produksi
Dalam kriteria ekonomi, suatu sistem produksi dikatakan lebih efisien bila memenuhi salah satu dari kriteria ini:
1. Minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama.
Membandingkan biaya keseluruhan sistem bunga dengan biaya keseluruhan sistem bagi hasil. Biaya keseluruhan sistem bunga akan lebih tinggi daripada biaya keseluruhan sistem bagi hasil. Secara grafis, biaya keseluruhan sistem bagi hasil digambarkan dengan TC, sedangkan biaya keseluruhan sistem bunga digambarkan dengan TCi.

Gambar 6
2. Maksimalisasi produksi dengan jumlah biaya yang sama.
Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu, biaya total sistem bunga akan lebih tinggi daripada biaya total sistem bagi hasil. Secara grafis, biaya total sistem bagi hasil digambarkan dengan TC. Sedangkan biaya total sistem bunga digambarkan dengan Tci.

Gambar 7
3. Implikasi Lain
Dari segi efisiensi produksi, telah dibuktikan bahwa produksi dengan sistem bagi hasil lebih efisien. Sekarang kita akan melihat implikasi lain yaitu skala ekonomi. Untuk melihat ini, digunakan kurva penerimaan total yang membandingkan penerimaan total sistem bagi hasil dengan penerimaan total sistem bunga. Sebagaiman telah dijelaskan terdahulu, penerimaan total sistem bagi hasil akan berputar ke arah jarum jam sedangkan penerimaan total sistem bunga tetap pada tempatnya tidak berputar. Secara grafis, penerimaan total sistem bagi hasil digambarkan dengan TRrs. Sedangkan penerimaan total sistem bunga digambarkan dengan TR.

Gambar 8

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dr. Muhammad Rawwas Qalahji memberikan padanan kata “produksi” dalam bahasa arab dengan kata al-intaj yang secara harfiyah dimaknai dengan ijadu sil’atin (mewujudkan atau mengadakan sesuatu) atau khidmatu mu’ayyanatin bi istikhdami muzayyajin min anashir al-intaj dhamina itharu zamani muhaddadin (pelayanan jasa yang jelas dengan menuntut adanya bantuan penggabungan unsur-unsur produksi yang terbingkai dalam waktu yang terbatas).
2. tujuan produksi dalam islam yaitu memberikan Mashlahah yang maksimum bagi konsumen. Tujuan utamannya adalah memaksimalkan mashlahah, memperoleh laba tidaklah dilarang selama berada dalam bingkai tujuan dan hukum islam.
3. Dalam pandangan Baqir Sadr (1979), ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: (1) Filosofi ekonomi (2) Ilmu ekonomi.
4. Biaya yang dikeluarkan oleh produsen dapat dibedakan menjadi biaya tetap (fixed cost atau FC) dan biaya variabel (variable cost atau VC). Total biaya yang harus dikeluarkan produsen adalah: TC = FC + VC.
Perbedaan kedua antara sistem bagi penerimaan dengan sistem bagi untung dalam akad mudarabah terletak pada berapa jauh kurva TR berputar. Dalam sistem bagi penerimaan, kurva TR akan berputar sampai mendekati garis horisontal sumbu X, sedangkan dalam sistem bagi untung, kurva TR hanya akan berputar di dalam “mulut buaya” TR dan TC, yaitu area yang menggambarkan besarnya keuntungan.
5. Dalam kriteria ekonomi, suatu sistem produksi dikatakan lebih efisien bila memenuhi salah satu dari kriteria ini: (1) Minimalisasi biaya untuk memproduksi jumlah yang sama. (2) Maksimalisasi produksi dengan jumlah biaya yang sama. (3) Implikasi Lain.


B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua. Kurang lebihnya kami mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman. 2002. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: IIIT Indonesia.
Baqir Sadr. 1979. Iqtisaduna. Beirut: Darut Ta’aruflil Matbu’at.
http://nonkshe.wordpress.com/2010/11/19/teori-produksi-islami-kekayaan-menurut-konsep-abdurrahman-ibnu-khaldun/

1 komentar:

  1. The best casinos in Vegas, NY & PA - Dr.MCD
    Best 속초 출장안마 casinos 속초 출장마사지 in Vegas, NY & PA · Borgata 안양 출장안마 Hotel Casino & Spa – Best Atlantic City 시흥 출장마사지 Casino · Tropicana Atlantic City Hotel Casino & Spa – 광양 출장마사지 Best Atlantic City Casino

    BalasHapus