Minggu, 22 Mei 2011

ANALISIS USULAN INVESTASI

ANALIS USULAN INVESTASI
MAKALAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas:
Mata Kuliah Manajemen Keuangan

Dosen Pengampu: Siti Amaroh, SE, M.Si

Disusun Oleh:
1.Risa Lutfiana Rahman 209
2.Haris Hadi Butanto 209118
3.Khusnul Khotimah 209132
4.Moh. A'id Fadlli 209133

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
PROGRAM STUDI SYARIAH / EI
2010


I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dalam pemilihan usulan investasi, manajemen memerlukan informasi akuntansi sebagai salah satu dasar penting untuk menentukan pilihan investasi. Informasi akuntansi dimasukkan dalam suatu model pengambilan keputusan yang berupa kriteria penilaian investasi untuk memungkinkan manajemen memilih investasi terbaik di antara alternatif investasi yang tersedia.
Ada beberapa metode untuk menilai perlu tidaknya suatu investasi atau untuk memilih berbagai macam alternatif investasi. Diantaranya: Pay back method, Average return on investment, Present value, Discounted cash flow (Internal Rate of Return), Profitability Index (PI).
Untuk lebih jelasnya akan diterangkan dalam pembahasan dibawah ini.

A.Rumusan Masalah
1.Bagaimana membedakan labat akuntansi dan laba keuangan?
2.Apa saja jenis-jenis aliran kas?
3.Bagaimana metode penilaian investasi?
4.bagaimana penjelasan tentang Capital Rationing?


I.PEMBAHASAN
A.Keuntungan Akuntansi dan Keuntungan Keuangan
Dalam penilaian investasi atau dalam penganggaran modal (Capital budgeting), yang digunakan sebagai dasar penentuan aliran kas (cash flow) adalah berdasarkan keuntungan keuangan, bukan keuntungan akuntansi. Dalam hal ini maka depresiasi diikut sertakan dalam perhitungan cash flow.
Misalnya perusahaan mempunyai usulan investasi. Perkiraan laporan laba-rugi tahunan sebagai berikut:
Tabel. 1 perbandingan basis cash flow & laporan laba-rugi akuntansi

Laporan laba-rugi
Kas masuk/keluar
Penjualan
Biaya tunai (kas) Rp. 70.000,00
Depresiasi Rp. 50.000,00

Laba sebelum pajak
Pajak 40 %
Rp. 150.000,00


Rp. 120.000,00
Rp. 30.000,00
Rp. 12.000,00
Rp. 18.000,00
Rp. 150.000,00
(Rp. 70.000,00)



(Rp. 12.000,00)
Rp. 68.000,00

Kaitan antara laba setelah pajak, depresiasi dan aliran kas bisa dirumuskan.

Aliran kas (net cash flow) = 18.000 + 50.000
68.000
Cara yang langsung bisa dilakukan dengan mengidentifikasi item-item mana yang termasuk kas masuk dan mana yang termasuk kas keluar. Sebagai contoh, jika penjualan dilakukan dengan kredit, maka sebagian penjualan akan menjadi kas pada bulan ini (atau tahun ini) sebagian lagi akan menjadi kas pada bulan (tahun) depan.1
a.Incremental cash flow
Aliran kas yang akan kita perhitungkan adalah aliran kas yang muncul karena keputusan menjalankan investasi yang sedang dipertimbangkan. Aliran kas yang tidak relevan tidak akan masuk dalam analisis. Aliran kas yang relevan tersebut sering isebut incremental cash flow. Contoh aliran kas yang tidak relevan adalah sunk cost. Sunk Cost adalah biaya yang sudah tertanam, dan sudah hilang. Keputusan menerima atau menolak usulan investasi tidak akan dipengaruhi oleh sunk cost. Contoh sunk cost adalah biaya fesibility study (studi kelayakan), biaya riset pasar. Biaya-biaya tersebut sudah keluar pada waktu analisis investasi dilakukan.
Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah item lain yang perlu diperhatikan. Sebagai contoh jika suatu usulan investasi dilakukan. Investasi tersebut akan mengunakan gudang. Gudang tersebut sebenarnya bisa disewakan. Karena digunakan oleh proyek baru tersebut, gudang tersebut tidak bisa disewakan. Untuk analisis investasi, gudang tersebut mempunyai biaya kesempatan. Dengan demikian sewa hilang tersebut harus dimasukkan sebagai elemen biaya.
b.Fokus pada Keputusan Investasi
Dalam analisis investasi, fokus kita adalah pada aliran kas yang dihasilkan melalui keputusan investasi. Aliran kas yang dihasilkan dari keputusan pendanaan harus dihilangkan/dikeluarkan dari analisis. Alasan lain adalah keputusan pendanaan masuk ke dalam perhitungan tingkat discount rate yang dipakai (WACC atau Weighted Average Cost of Capital). Jika biaya bungan juga dimasukkan ke dalam perhitungan aliran kas (sebagai pengurang aliran kas masuk) maka terjadi proses double acounting, atau perhitungan ganda. Kas masuk dikurangi biaya bunga, sementara kas masuk didiskontokan dengan WACC yang memasukkan keputusan pendanaan. Dengan kata lain, efek keputusan pendanaan hanya akan terlihat di tingkat diskonto (discount rate), bukan pada perhitungan aliran kasnya.
Misal laporan laba-rugi menunjukkan angka-angka sebagai berikut:
Tabel 2. Perbandingan basis cash flow dan laporan laba-rugi akuntansi dengan memasukkan bunga (keputusan pendanaan)

Laporan laba-rugi
Kas masuk/keluar
Penjualan
Biaya tunai (kas) Rp. 70.000,00
Depresiasi Rp. 50.000,00
Bunga Rp. 20.000,00

Laba sebelum pajak
Pajak 40%
Penyesuaian pajak
(0,4 x Rp. 20.000,00)
Laba setelah pajak
Rp. 150.000,00



Rp. 140.000,00
Rp. 10.000,00
Rp. 4.000,00


Rp. 6.000,00
Rp. 150.000,00
(Rp. 40.000,00)
-
-



Rp. 4.000,00
Rp. 8.000,00
Rp. 68.000,00

Laporan laba rugi tersebut, sama dalam segala hal dengan laporan sebelumnya (laporan laba-rugi tanpa memasukkan bunga). Sebagai contoh penjualan sama-sama Rp. 150.000,00 satu-satunya perbedaan adalah laporan di atas memasukkan bugna, sementara yang sebelumnya tidak memasukkan bunga. Aliran kas yang diakibatkan oleh keputusan pendanaan (bunga) harus dikeluarkan. Kolom paling kanan menunjukkan kas yang relevan. Bunga membutuhkan perhatian tersendiri, karena bunga bisa dipakai sebagai pengurang pajak. Karena itu penyesuaiannya menggunakan (1 – pajak) x bunga. Perhitungan aliran kas yang mengeluarkan efek bunga (pendanaan) adalah:
Aliran kas = laba bersih + depresiasi + {(1- tingkat pajak) x bunga}
= 6000 + 50.000 + {(1- 0,4) x 20.000} = 68.000

B.Jenis-Jenis Aliran Kas
Berdasarkan dimensi waktu, aliran kas bisa digolongkan kedalam tiga jenis: (1) Aliran kas awal (initial cash flow), (2) Aliran kas operasional (operational cash flow), (3) Aliran kas terminal (terminal cash flow).
1.Aliran Kas Awal (Initial Cash Flow)
Aliran kas awal merupakan aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran kas pertama kali untuk keperluan suatu investasi. Biaya diasumsikan terjadi pada tahun ke 0 (sebelum investasi dilakukan). Aliran kas tersebut biasanya merupakan aliran kas keluar (cash out flow). Biasanya kas keluar tersebut dipakai untuk invesasi pada aktiva tetap (pabrik dan aktiva tetap lainnya) dan investasi pada modal kerja. Tanpa modal kerja, kegiatan investasi tidak akan jalan.
2.Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow)
Aliran kas operasional biasanya merupakan aliran kas masuk, yang diperoleh setelah perusahaan beroperasi. Biaya yang dikeluarkan, misalnya biaya promosi dan biaya operasional lainnya, jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan kasi masuk. Aliran kas operasional sering disebut cash inflow (aliran kas masuk) yang nantinya akan dibandingkan dengan cash outflow untuk menutup investasi.
3.Aliran Kas Terminal (Terminal Cash Flow)
Aliran kas terminal terjadi pada akhir proyek investasi. Biasanya ada dua item yang terjadi pada akhir proyek: (1) penjualan nilai residu aktiva tetap dan (2) modal kerja kembali. Pada akhir proyek, ada kemungkinan aktiva tetap masih mempunyai nilai pasar. Sisa tersebut kemudian bisa dijual dan menghasilkan kas masuk pada akhir proyek. Investasi modal kerja biasanya diasumsikan kembali lagi pada akhir proyek pada tingkat 100%. Investasi modal kerja tidak didepresiasi setiap tahun dalam situasi yang lebih realitstis, investasi modal kerja mungkin tidak kembali 100% pada akhir proyek. Barang kali ada kerusakan atau penyusutan lainnya, sehingga investasi modal kerja bisa kembali tidak penuh, sehingga bisa kembali misal sekitar 90% dari investasi modal kerja.
Misal investasi aktiva tetap pada awal tahun adalah Rp. 100 juta. Depresiasi dilakukan dengan garis lurus selama lima tahun. Pada akhir tahun sis aktiva tetap bisa dijual dengan harga Rp. 30 juta. Investasi modal kerja adalah Rp. 30 juta dan terjadi pada awal tahun – pajak = 40%. Berdasarkan informasi tersebut, aliran kas terminal adalah:



a.Perhitungan dari penjualan residu aktiva tetap.
Penjualan sisa aset Rp. 30 juta
Nilai perolehan Rp. 100 juta
Depresiasi total
(Rp. 16 juta x 5) Rp. 80 juta
Nilai buku Rp. 20 juta-
Laba\rugi Rp. 10 juta
Pajak (40%) Rp. 8 juta
b.Kembalinya modal kerja : Rp. 30 juta.
c.Total aliran kas terminal = Rp. 22 juta + Rp. 30 juta = Rp. 52 juta.
Aliran kas terminal terdiri dari kas masuk bersih hasil penjualan aktiva tetap (net pajak) dan modal kerja yang kembali dengan tingkat pengembalian 100%.
C.Metode Penilaian Investasi
Pengambilan keputusan proyek investasi terutama didasarkan pada pertimbangan ekonomis. Secara ekonomis apakah suatu investasi layak atau tidak dilaksanakan dapat dihitung dengan beberapa metode penilaian atau kriteria proyek investasi, yaitu:
1.Accounting Rate of Return (ARR)
Metode Accounting Rate of Return (ARR) mengukur besarnya tingkat keuntungan dari investasi yang digunakan untuk memperoleh keuntungan tersebut. Keuntungan yang diperhitungkan adalah keuntunagan bersih setelah pajak. Sedangkan investasi yang diperhitungkan adalah rata-rata investasi yang diperoleh dari investasi awal (jika ada) ditambah investasi akhir dibagi dua. Hasil dari ARR ini merupakan angka relatif (persentase).
ARR = rata-rata laba setelah pajak x 100 %

Contoh:
Proyek A membutuhkan dan Rp. 280.000.000,- umur ekonomisnya 3 tahun dengan nilai sisa Rp. 40.000.000,- laba setelah pajak selama 3 tahun berturut-turut adalah : tahun 1 = Rp. 40 juta, tahun 2 = Rp. 50 juta, tahun 3 = Rp. 30 juta. Besar ARR adalah sebagai berikut:
ARR = (40.000.000 + 50.000.000 + 30.000.000) / 3 x 100%

= 40.000.000 / 160.000.000 = 0,25 = 25 %
2.Payback Period (PP)
Payback Period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran suatu investasi dengan menggunakan aliran kas masuk netto (proceeds) yang diperoleh.
PBP = capital outlyas x 1 th

Contoh : sebuah proyek membutuhkan investasi sebesar Rp. 120.000.000. aliran kas masuk atau proceeds (laba netto + penyusutan) diperkirakan Rp. 40.000.000 per tahun selama 6 tahun. Besar PBP nya sebagai berikut:
PBP = 120.000.000 x 1 th = 3 tahun

3.Metode Net Present Value (NPV)
Metode NPV ini merupakan metode untuk mencari selisih antara nilai sekarang dari aliran kas neto (proceeds) dengan nilai sekarang dari suatu investasi (outlays).

Keterangan Io = nilai investasi atau outlays
At= aliran kas neto pada periode t
r = discount rate
t = jangka waktu proyek investasi (umur proyek)
contoh : dari proyek B kita dapat menghitung besarnya NPV bila diketahui dicount rate-nya = 10% yaitu: apabila aliran kas masuk bersih (prooceds) tiap tahun besarnya tidak sama, yaitu:

NPV =

= -120.000.000 + 160.980.000 = Rp. 40.980.000,-
4.Metode Profitability Index (PI)
Metode profitability Index atau benefit cost Ratio merupakan metode yang memiliki hasil keputusan sama dengan metode NPV. Artinya, apabila suatu ptoyek investasi ditrima dengan menggunakan metode PI adalah:
PI = atau PI =
Pengambilan keputusan apakah suatu usulan proyek investasi akan diterima (layak) atau ditolak (tidak layak) kita bandingkan dengan angka. Apabila PI > 1 maka rencana investasi layak diterima, sedangkan apabila PI < 1 maka rencana investasi tidak layak diterima atau ditolak.
Contoh:
Aliran kas masuk bersih tiap tahun yang besarnya tidak sama,
PI = → maka rencana layak diterima
5.Metode Internal Rate of Return (IRR)
Metode IRR merupakan metode penilaian investasi untuk mencari tingkat bunga (discount rate) yang menyamakan nilai sekarang dari aliran kas neto dan investasi.
Perhitungan NPV dengan tingkat bunga 20% dan 30%
Tahun
Proceeds
DR (20%)
PV
DR (30%)
PV
1
2
3
4
5
6
50.000.000
50.000.000
40.000.000
30.000.000
20.000.000
20.000.000
0,833
0,694
0,579
0,482
0,402
0,335
41.650.000
34.700.000
23.160.000
14.460.000
8.040.000
6.700.000
0,770
0,592
0,455
0,350
0,269
0,207
38.500.000
29.600.000
18.200.000
10.500.000
5.380.000
4.140.000
PV dari proceeds
Investasi (outlays)
128.710.000
120.000.000

106.320.000
120.000.000

8.710.000

- 13.680.000
Pada tingkat bunga 20% diperoleh NPV positif dan pada tingkat bunga 30% diperoleh NPV negatif. Untuk menghitung besarnya IRR, kita lakukan proses interpolasi (analisis selisih) yaitu:
Bunga

PV of proceeds
PV of outlays
NPV
30 %

Rp. 106.320.000
Rp. 120.000.000
- Rp. 136.680.000
20 %

Rp. 128.710.000
Rp. 120.000.000
Rp. 8.710.000
10 %

Rp. 22.390.000

Rp. 22.390.000
IRR dapat juga dihitung dengan mudah dengan rumus:
IRR =
Ket. IRR = Internal Rate of Return
rk = tingkat bunga yang kecil
rb = tingkat bunga yang besar
NPVrk = Net Present Value pada tingkat bunga yang kecil
NPVrb = Net Present Value pada tingkat bunga yang besar
IRR =
= 30% - 6,11% = 23,89%

D.Capital Rationing
Dana investasi yang terseidia untuk suatu tahun sering dibatasi oleh ceiling atau batas tertinggi (plafond) tertentu sehingga sebagian ususl investasi terpaksa tidak dapat dilaksanakan meskipun sebenarnya usul-usul investasi tersebut dapat diterima. Adanya batasan dana investasi tersebut dalam suatu tahun adalah apa yang disebut adanya capital rationing atau pencatuan modal.
Pencatuan modal terjadi setiap waktu kalau ada kendala mengenai jumlah dana yang dapat diinvestasikan selama suatu periode tertentu, misalnya satu tahun. Kendala itu terjadi pada sejumlah perusahaan yang dalam mendanai investasi lebih menekankan pada sumber intern dan kurang berminat untuk mendanai dari sumber ekstern. Kalau ada pencatuan modal maka manajer harus menyeleksi kombinasi dari usul-ususl investasi yang dapat menghasilkan NPV yang paling tinggi sesuai dengan kendala anggaran untuk periode yang bersangkutan.2
Contoh:
Suatu perusahaan mempunyai peringkat atau rangking usulan investasi menurut besarnya profitability-index sebagai berikut:
Usulan investasi

Dana investasi yang diperlukan (outlay)

profitability
4
3
6
2
5
1

Rp. 1.400.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 800.000,00
Rp. 700.000,00
Rp. 400.000,00
Rp. 600.000,00

1,18
1,17
1,16
1,16
1,14
1,10
Masing-masing usul investasi tersebut merupakan usul investasi yang tidak tergantung satu sama lain. Dana investasi yang disediakan untuk tahun tersebut sebesar Rp. 1.700.000,00. Dari data itu kita akan mempunyai berbagai kombinasi usulan investasi dengan NPV sebagai berikut:
Alternatif I
Kombinasi dari usul-usul investasi 3,6, dan 5 yang memerlukan dana investasi sebesar 500.000 + 800.000 + 400.000 = Rp. 1.700.000,00 dengan keseluruhan NPV:
Usul 3 Rp. 500.000,00 (1,17 – 1,0) = Rp. 85.000,00
6 Rp. 800.000,00 (1,16 – 1,0) = Rp. 128.000,00
5 Rp. 400.000,00 (1,14 – 1,0) = Rp. 56.000,00
Rp. 1.700.000,00 Rp. 269.000,00
Alternatif II
Kombinasi dari usul-usul investasi 6 dan 2 yang memerlukan dana investasi Rp. 800.000,00 + Rp. 700.000,00 = Rp. 1.500.000,00 dengan keseluruhan NPV
Usul 6 Rp. 800.000,00 (1,16 – 1,0) = Rp. 128.000,00

1 komentar: